Hai,
Lama nggak posting di blog. Banyak sih hal-hal yang pengen ditulis, tapi ujung-ujungnya hanya berakhir di note handphone, hahaha, karena kebanyakan isinya menye-menye. LOL.
Kali ini saya pengen membahas tentang salah satu kota kecil di Kalimantan Timur yaitu Tenggarong. Mungkin nggak banyak yang tahu dengan kota ini, eh, banyak juga kali ya :). Bisa dibilang Tenggarong merupakan salah satu kabupaten terkaya di Indonesia, denger-denger sih gitu. Kota ini terletak tidak jauh dari ibukota Kalimantan Timur, Samarinda. Yah, paling 30 menit sampe lah. Berikut sedikit sejarah dari kota Tenggarong yang saya ambil dari Wikipedia:
Tenggarong juga merupakan ibu
kota Kesultanan Kutai
Kartanegara ing Martadipura. Kota ini didirikan pada tanggal 28 September 1782 oleh Raja Kutai Kartanegara ke-15, Aji Muhammad Muslihuddin,
yang dikenal pula dengan nama Aji Imbut. Semula kota ini bernama Tepian Pandan ketika Aji Imbut
memindahkan ibukota kerajaan dari Pemarangan.
Oleh Sultan Kutai, nama Tepian Pandan kemudian diubah menjadi Tangga Arung yang berarti rumah raja. Namun pada
perkembangannya, Tangga Arung lebih populer dengan sebutan
"Tenggarong" hingga saat ini.
Menurut legenda Orang Dayak
Benuaq dari kelompok Ningkah Olo, nama/kata Tenggarong menurut bahasa
Dayak Benuaq adalah "Tengkarukng" berasal dari kata tengkaq
dan bengkarukng, tengkaq berarti naik atau menjejakkan kaki ke
tempat yang lebih tinggi (seperti meniti anak tangga), bengkarukng
adalah sejenis tanaman akar-akaran. Menurut Orang Benuaq ketika sekolompok
orang Benuaq (mungkin keturunan Ningkah Olo) menyusuri Sungai Mahakam menuju
pedalaman mereka singgah di suatu tempat dipinggir tepian Mahakam, dengan
menaiki tebing sungai Mahakam melalui akar bengkarukng, itulah sebabnya disebut
Tengkarukng oleh aksen Melayu kadang "keseleo" disebut Tengkarong,
lama-kelamaan penyebutan tersebut berubah menjadi Tenggarong. Perubahan
tersebut disebabkan Bahasa Benuaq banyak memiliki konsonan yang sulit diucapkan
oleh penutur yang biasa berbahasa Melayu/Indonesia.
Baiklah, sekian sedikit pelajaran sejarahnya. Mari kita lanjut ke objek wisata yang bisa dikunjungi kalau kalian suatu saat punya kesempatan mampir ke kota ini.
1. Jembatan Kutai Kartanegara
Jembatan Kutai Kartanegara adalah jembatan yang melintas
di atas sungai Mahakam dan merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia.
Panjang jembatan secara keseluruhan mencapai 710 meter, dengan bentang bebas,
atau area yang tergantung tanpa penyangga, mencapai 270 meter. Jembatan ini
merupakan sarana penghubung antara kota Tenggarong dengan kecamatan Tenggarong
Seberang yang menuju ke Kota Samarinda Sempat ambruk pada 26 November 2011,
jembatan ini kemudian dibangun kembali di lokasi yang sama pada tahun 2013 dan
resmi dibuka untuk umum pada 8 Desember 2015 (Sumber: Wikipedia).
![]() | ||||||
Jembatan Kutai Kartanegara sebelum ambruk (Sumber: Klik) |
Jembatan Kutai Kartanegara setelah dibangun kembali (Sumber: Klik) Duduk-duduk santai di Tepian Sungai Mahakam Tenggarong :) |
2. Puncak Bukit Biru
Puncak Bukit Biru ini lagi nge-hits banget di kalangan muda-mudi
Kalimantan Timur. Karena penasaran, saya pun mengajak teman-teman untuk
mengunjungi tempat wisata ini, ya walaupun saya tidak bisa dibilang muda
lagi, hahaha. Ternyata ya Bukit Biru adalah salah satu nama kelurahan di Tenggarong. Kelurahan ini
sebelumnya adalah sebuah desa transmigrasi yang berasal dari Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Nggak heran sih kalo kalian lewat wilayah ini emang terasa kayak lagi di Jawa, di kiri dan kanan jalan yang kita lalui bisa dilihat sawah dan perkebunan berjejer dengan syantiknya, I love it! Nah, untuk mencapai Puncak Bukit Biru kita harus sedikit mendaki. Ya, lumayan lah rute-nya. Saya yang nggak punya basic pendaki jelas ngos-ngosan, hehehe.
![]() |
Perjalanan ke Puncak dimulai sebelum matahari terbit |
![]() |
Akhirnya sampe juga -_- ngos-ngosan, bro |
![]() |
Matahari udah mulai menampakkan sinarnya |
![]() |
Ya lumayanlah pemandangannya |
![]() |
Not bad, tapi nggak amazing gimana banget :) |
Nggak ada biaya buat naik ke puncak, cuma bayar parkir doang, udah.
3. Wisata Ladaya Tenggarong
Ladang Budaya Lanjong atau lebih dikenal dengan nama Ladaya, merupakan wahana bermain outdoor di Tenggarong. Namun, secara garis besar area ini dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu area outbond (camping ground, play ground, paint ball,
Penginapan dan Fasilitas (kantin, toilet dan mini zoo). Penginapan disini bentuknya unik, biasa dipakai sebagai latar untuk berfoto oleh pengunjung.
Nggak banyak spot yang di foto waktu kesana, karena lagi terik banget. Biaya masuknya saya lupa, kalo nggak salah karcisnya 10k ditambah biaya parkir 5k.
Btw, jembatan ini baru aja diresmikan pada tanggal 22 Maret 2016. Jadi masih baru banget. Jembatan Repo-Repo merupakan jembatan khusus pejalan kaki yang membentang di atas Sungai Mahakam dan menghubungkan daratan kota Tenggarong dengan Pulau Kumala. Jadi, sekarang kalo mau nyebrang ke Pulau Kumala bisa dilalui dengan berjalan kaki.
Untuk menyeberangi jembatan ini dikenakan biaya sebesar 7k untuk dewasa dan 5k untuk anak-anak. Tidak usah khawatir kelaparan karena di sekitaran jembatan banyak penjual jajanan (ini yang paling saya suka, sih, hehehe).
Oke, mungkin itu saja beberapa destinasi yang bisa dijadikan pilihan jika berkunjung ke Tenggarong. Biaya hidup disana juga nggak terlalu tinggi. Kemarin saya dan teman-teman menginap di home stay dengan biaya cuma 125k/day, fasilitasnya lebih lengkap jika dibandingkan dengan hotel bintang dua disana. Tapi saya lupa nama penginapannya apa :)
Sekian dulu, terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
![]() |
Salah satu "kamar" penginapan |
Nggak banyak spot yang di foto waktu kesana, karena lagi terik banget. Biaya masuknya saya lupa, kalo nggak salah karcisnya 10k ditambah biaya parkir 5k.
4. Jembatan Repo Repo
Pertama kali dengar nama jembatan ini saya langsung tersenyum geli, lucu sih namanya. Setelah searching ternyata "repo-repo" berarti "gembok" dalam bahasa Kutai. Ohhh, ngono toh.. Dinamakan begitu karena di jembatan ini, orang boleh memasang repo-repo atau gembok bertuliskan nama di pagar jembatan sebagai kenang-kenangan atau pun simbol cinta, kayak di luar negeri juga gitu :).Btw, jembatan ini baru aja diresmikan pada tanggal 22 Maret 2016. Jadi masih baru banget. Jembatan Repo-Repo merupakan jembatan khusus pejalan kaki yang membentang di atas Sungai Mahakam dan menghubungkan daratan kota Tenggarong dengan Pulau Kumala. Jadi, sekarang kalo mau nyebrang ke Pulau Kumala bisa dilalui dengan berjalan kaki.
![]() |
Jembatan Repo-Repo |
![]() | ||||
Nggak jadi nyebrang ke Pulau Kumala karena panas banget :)) |
Untuk menyeberangi jembatan ini dikenakan biaya sebesar 7k untuk dewasa dan 5k untuk anak-anak. Tidak usah khawatir kelaparan karena di sekitaran jembatan banyak penjual jajanan (ini yang paling saya suka, sih, hehehe).
Oke, mungkin itu saja beberapa destinasi yang bisa dijadikan pilihan jika berkunjung ke Tenggarong. Biaya hidup disana juga nggak terlalu tinggi. Kemarin saya dan teman-teman menginap di home stay dengan biaya cuma 125k/day, fasilitasnya lebih lengkap jika dibandingkan dengan hotel bintang dua disana. Tapi saya lupa nama penginapannya apa :)
Sekian dulu, terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
setahun sekali ya ngepostingnya mbak rinanya ?
ReplyDeleteHehehehe, begitulah mas :)
Delete